Halaman
Bab 13 Pemerintahan Orde Baru dan Terjadinya Reformasi
219219
219219
219
12345678901234567890123456789012123
12345678901234567890123456789012123
12345678901234567890123456789012123
12345678901234567890123456789012123
12345678901234567890123456789012123
12345678901234567890123456789012123
12345678901234567890123456789012123
12345678901234567890123456789012123
12345678901234567890123456789012123
TT
TT
T
ujuan Pujuan P
ujuan Pujuan P
ujuan P
embelajaran
embelajaran
embelajaran
embelajaran
embelajaran
Pada bab ini kalian akan nempelajari tentang pemerintahan Orde Baru dan terjadinya
Reformasi. Setelah mempelajari materi bab ini kalian diharapkan mampu mendiskripsikan
tentang lahirnya kesatuan-kesatuan aksi, munculnya Tritura, lahirnya Supersemar,
pembangunan nasional, pemilu pada masa pemerintahan Orde Baru dan terjadinya
Reformasi.
Sistem pemerintahan pada masa demokrasi terpimpin memberi peluang PKI untuk
memperkuat posisinya di segala bidang. Setelah posisinya kuat, maka PKI dengan G 30 S/
PKI-nya mengadakan pemberontakan. Akibat dari pemberontakan PKI tersebut keadaan
sosial, ekonomi dan politik di Indonesia tidak stabil, sehingga lahirlah Tri Tuntutan Rakyat
(Tritura) yang dipelopori oleh kesatuan-kesatuan aksi. Demonstrasi yang berkepanjangan
menyebabkan dikeluarkannya Supersemar 1966, sebagai tonggak lahirnya Orde Baru. Masa
Orde Baru ditandai dengan maraknya korupsi kolusi dan nepotisme, sehingga mendorong
lahirnya masa reformasi.
PEMERINTPEMERINT
PEMERINTPEMERINT
PEMERINT
AHAN ORDE BARU
AHAN ORDE BARU
AHAN ORDE BARU
AHAN ORDE BARU
AHAN ORDE BARU
DAN TERJADINY
DAN TERJADINY
DAN TERJADINY
DAN TERJADINY
DAN TERJADINY
A REFORMASIA REFORMASI
A REFORMASIA REFORMASI
A REFORMASI
BABBAB
BABBAB
BAB
1313
1313
13
Kata KunciKata Kunci
Kata KunciKata Kunci
Kata Kunci
Kesatuan aksi
Front Pancasila
Tritura
DPR Jalanan
Kabinet Seratus
Menteri
Pahlawan Ampera
Kabinet Dwikora
Supersemar
Orde Baru
Orde Reformasi
Pemilu
Sumber: Sumber:
Sumber: Sumber:
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka
IPS Terpadu SMP dan MTS Kelas IX
220220
220220
220
Peta Konsep Pemerintahan Orde Baru dan terjadainya Orde Reformasi
Peta Konsep Pemerintahan Orde Baru dan terjadainya Orde Reformasi
Peta Konsep Pemerintahan Orde Baru dan terjadainya Orde Reformasi
Peta Konsep Pemerintahan Orde Baru dan terjadainya Orde Reformasi
Peta Konsep Pemerintahan Orde Baru dan terjadainya Orde Reformasi
Sejak gagalnya kudeta G 30 S/PKI pada tahun 1965 sampai awal tahun 1966, pemerintah
tidak segera melaksanakan penyelesaian politik terhadap tokoh-tokoh G 30 S/PKI. Hal ini
menimbulkan ketidaksabaran rakyat, karena bertentangan dengan rasa keadilan. Keadaan
berlarut-larut serta menjurus timbulnya krisis kepemimpinan nasional, mahasiswa, pemuda,
pelajar, partai-partai politik maupun organisasi massa mengutuk pemberontakan G 30 S/
PKI dan menuntut agar PKI segera dibubarkan.
Pada tanggal 25 Oktober 1965 mahasiswa Indonesia membentuk Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI). Berdirinya KAMI segera diikuti oleh kesatuan-kesatuan aksi
yang lain seperti berikut.
1.
Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI)
2.
Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI)
3.
Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI)
4.
Kesatuan Aksi Wanita Indonesia ( KAWI)
5.
Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI)
6.
Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI)
Dalam rangka meningkatkan kegiatannya, KAMI dan KAPPI beserta partai-partai politik
dan organisasi massa lainnya mendirikan
Front Pancasila
Front Pancasila
Front Pancasila
Front Pancasila
Front Pancasila.
LAHIRNYLAHIRNY
LAHIRNYLAHIRNY
LAHIRNY
A KESAA KESA
A KESAA KESA
A KESA
TUAN-KESATUAN-KESA
TUAN-KESATUAN-KESA
TUAN-KESA
TUAN AKSITUAN AKSI
TUAN AKSITUAN AKSI
TUAN AKSI
AA
AA
A
Pemerintahan
Orde Baru
Lahirnya
Kesatuan Aksi
Lahirnya Tiga
Tuntutan Rakyat
Lahirnya
Supersemar
Pembangunan
Nasional
Pemilu
Integrasi Timor
Timor dengan RI
dan Timor Timur
Merdeka
Terjadi peristiwa
Bab 13 Pemerintahan Orde Baru dan Terjadinya Reformasi
221221
221221
221
Pada tanggal 12 Januari 1966 kesatuan-kesatuan aksi mengajukan tiga tuntutan kepada
pemerintah yang disebut Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Adapun isi Tritura adalah sebagai
berikut.
1.
Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya
2.
Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur G 30 S/PKI
3.
Turunkan harga barang atau perbaikan ekonomi
Aksi-aksi mahasiswa masih berjalan terus. Pada tanggal 22 Februari 1966, Presiden
Sukarno mengadakan perombakan Kabinet Dwikora dengan nama Kabinet Dwikora yang
Disempurnakan atau Kabinet Seratus Menteri.
Menjelang pelantikan para menteri Kabinet Dwikora dengan nama Kabinet Dwikora
yang Disempurnakan, demonstrasi mahasiswa semakin meningkat. pada tanggal 24 Februari
1966 pada saat pelantikan para menteri kabinet baru, KAMI melakukan aksi mengempeskan
ban-ban mobil di jalan raya terutama di depan Istana Merdeka, sehingga lau lintas praktis
berhenti. Dalam demonstrasi itu seorang mahasiswa Uni-
versitas Indonesia yang bernama Arif Rahman Hakim
gugur terkena tembakan. Arif Rahman Hakim mendapat
julukan sebagai menjadi Pahlawan Ampera.
Sehari setelah insiden tersebut KAMI dibubarkan,
namun pembubaran KAMI tersebut ternyata tidak
memulihkan kewibawaan pemerintah dan tidak juga
menghentikan aksi-aksi menuntut Tritura.
Pada tanggal 11 Maret 1966 berlangsung sidang Kabinet Dwikora di Istana Negara
Jakarta yang dipimpin oleh Presiden Soekarno. Di tengah-tengah persidangan tersebut
Presiden Soekarno menerima laporan dari ajudan presiden atau Komandan Pasukan
Pengawal Cakrabirawa bahwa di sekitar istana terdapat pasukan-pasukan yang tidak
dikenal.
Menerima laporan tersebut Presiden Soekarno segera menyerahkan pimpinan sidang
kepada Waperdam II Dr. Leimena dan Presiden Soekarno segera meninggalkan sidang dengan
menggunakan pesawat helikopter yang telah diparkir, keluar dari istana dan pergi ke Istana
Bogor didampingi Waperdam I Dr. Soebandrio dan Waperdam III Chairul Saleh. Setelah
sidang kabinet ditutup oleh Dr. Leimena, tiga orang perwira tinggi TNI yang menghadiri
sidang kabinet tersebut yaitu Mayor Jenderal Basuki Rachmat (Menteri Veteran), Brigadir
Jenderal M. Yusuf (Menteri Perindustrian Dasar), dan Brigadir Jenderal Amir Mahmud
(Pangdam V/Jaya) langsung menghadap Menteri Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal
Soeharto di kediamannya di Jalan Haji Agus Salim yang pagi itu kebetulan tidak dapat hadir
dalam sidang karena sakit.
Di samping melaporkan tentang keadaan sidang kabinet, ketiga perwira tinggi tersebut
juga meminta izin kepada menteri/Pangad untuk menemui Presiden Soekarno di Bogor
guna melaporkan situasi yang sebenarnya di Jakarta yaitu tidak benar bahwa ada pasukan
TRI TUNTUTTRI TUNTUT
TRI TUNTUTTRI TUNTUT
TRI TUNTUT
AN RAKYAN RAKY
AN RAKYAN RAKY
AN RAKY
AA
AA
A
T/TRITURAT/TRITURA
T/TRITURAT/TRITURA
T/TRITURA
BB
BB
B
Gambar 13.1
Gambar 13.1
Gambar 13.1
Gambar 13.1
Gambar 13.1 Demonstrasi menuntut
Tritura di jalan-jalan utama Jakarta
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka
LL
LL
L
AHIRNYAHIRNY
AHIRNYAHIRNY
AHIRNY
A SURAA SURA
A SURAA SURA
A SURA
T PERINTT PERINT
T PERINTT PERINT
T PERINT
AH SEBELAH SEBEL
AH SEBELAH SEBEL
AH SEBEL
AS MARET/SUPERSEMAR 1966
AS MARET/SUPERSEMAR 1966
AS MARET/SUPERSEMAR 1966
AS MARET/SUPERSEMAR 1966
AS MARET/SUPERSEMAR 1966
BB
BB
B
IPS Terpadu SMP dan MTS Kelas IX
222222
222222
222
liar di sekitar istana dan bahwa ABRI khususnya TNI-AD tetap setia dan taat kepada Presiden
Soekarno. Menteri/Pangad Letjen Soeharto mengizinkan ketiga perwira tinggi tersebut pergi
ke Istana Bogor, disertai pesan untuk disampaikan kepada Presiden Soekarno, bahwa Letjen
Soeharto sanggup mengatasi keadaan apabila diberi kepercayaan.
Di Bogor perwira tinggi itu menghadap presiden yang didampingi Dr. Soebandrio, Dr.
Chairul Saleh, dan Dr. Leimena yang sementara itu telah menyusul ke Bogor serta ajudan
presiden Brigadir Jenderal M. Sabur.
Setelah mengadakan pembicaraan dan pembahasan yang cukup mendalam akhirnya
Presiden Soekarno memutuskan untuk memberikan surat perintah kepada Letjen Soeharto.
Ditugaskanlah kepada yang hadir yaitu tiga waperdam dan tiga perwira tinggi serta M.
Sabur untuk merumuskan surat perintah tersebut. Pukul 19.00 surat perintah tersebut sudah
siap disusun dan ditandatangani oleh Presiden Soekarno. Surat perintah tersebut dibawa
langsung ketiga perwira tinggi dan disampaikan pada malam hari itu juga kepada Letjen
Soeharto di Jakarta.
Mandat itu kemudian dikenal sebagai
Surat Perintah Sebelas Maret
Surat Perintah Sebelas Maret
Surat Perintah Sebelas Maret
Surat Perintah Sebelas Maret
Surat Perintah Sebelas Maret atau
Supersemar
Supersemar
Supersemar
Supersemar
Supersemar.
Istilah tersebut juga digunakan oleh Presiden Sukarno di berbagai kesempatan, termasuk di
dalam dokumen pelengkap pidato Nawaksara yang diserahkan kepada MPRS. Menurut
Presiden Sukarno dalam pidato pada tanggal 17 Agustus 1966, mandat yang berupa surat
perintah itu bukan merupakan pengalihan kekuasaan pemerintahan.
Berdasarkan surat perintah itu, Letjen Suharto atas nama Presiden/Pangti ABRI/
Mandataris MPRS/PBR menandatangani Keppres No. 1/3/1966 tertanggal 12 Maret 1966
yang menyatakan pembubaran PKI. Langkah selanjutnya yang diambil oleh pengemban
Supersemar adalah pada tanggal 18 Maret 1966 mengamankan menteri-menteri yang
tergabung dalam kabinet Dwikora.
Gambar 13.2
Gambar 13.2
Gambar 13.2
Gambar 13.2
Gambar 13.2 Dari kiri ke kanan: Basuki Rachmat, dan M. YusufAmir Machmud
Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka
Ketetapan-Ketetapan MPRS
Ketetapan-Ketetapan MPRS
Ketetapan-Ketetapan MPRS
Ketetapan-Ketetapan MPRS
Ketetapan-Ketetapan MPRS
Selanjutnya dalam rangka menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara yang
sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, maka pada tanggal 20 Juni – 5 Juli 1966 dilaksanakan
Sidang Umum IV MPRS. Sidang ini menghasilkan ketetapan-ketetapan penting berikut.
1.
Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966, tentang pengesahan dan pengukuhan
Supersemar.
2.
Ketetapan MPRS No. X/MPRS/1966, tentang kedudukan lembaga-lembaga negara
tingkat pusat dan daerah.
3.
Ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966, tentang pemilihan umum.
4.
Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966, tentang penegasan kembali landasan kebijakan
politik luar negeri.
5.
Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966, tentang pembentukan Kabinet Ampera.
Bab 13 Pemerintahan Orde Baru dan Terjadinya Reformasi
223223
223223
223
6.
Ketetapan MPRS No. XVII/MPRS/1966, tentang Pemimpin Besar Revolusi.
7.
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, tentang sumber tertib hukum Republik Indone-
sia dan tata urutan petraturan perundang-undangan Republik Indonesia.
8.
Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966, tentang pembubaran PKI dan pernyataan
bahwa PKI sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah negara Republik Indonesia.
9.
Ketetapan MPRS No. XXIX/MPRS/1966, tentang pahlawan Ampera
10. Ketetapan MPRS No. XXX/MPRS/1966, tentang pencabutan bintang mahaputra kelas
III dari D.N. Aidit.
Perubahan politik penting mulai terjadi sejak Letnan Jenderal Suharto diberi tugas untuk
membentuk Kabinet Ampera. Hal ini merupakan awal terjadinya dualisme kepemimpinan
nasional. Pada awal pembentukan kabinet Presiden Sukarno masih tetap memegang
kekuasaan pemerintahan dan kepala negara, namun mulai tanggal 11 Oktober 1966, Presiden
Sukarno hanya sebagai kepala negara dan Letjen Suharto sebagai kepala pemerintahan.
Sejak dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret 1966, tatanan perikehidupan rakyat,
bangsa dan negara dilaksanakan atas dasar kemurnian Pancasila dan UUD 1945. Jadi bangsa
Indonesia memasuki tatanan baru yang dikenal dengan sebutan
Orde BaruOrde Baru
Orde BaruOrde Baru
Orde Baru. Ciri pokok
Orde Baru adalah pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Orde Baru memiliki landasan.
1.
Landasan tetap, terdiri dari:
a.
Landasan Idiil : Falsafah dan ideologi negara Pancasila
b.
Landasan Konstitusional : Undang-Undang Dasar 1945
2.
Landasan situasional (operasional) : Ketetapan-ketetapan MPRS.
Akhirnya dengan dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret 1966 merupakan tonggak
lahirnya
Orde BaruOrde Baru
Orde BaruOrde Baru
Orde Baru.
Dengan proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia berusaha
untuk mempertahankan kemerdekaan. Setelah berhasil mempertahankan kemerdekaan,
bangsa Indonesia berjuang lagi untuk mengisi kemerdekaan dengan pembangunan nasional
berencana dan terarah.
Pada masa Orde Baru bangsa Indonesia
berusaha untuk melaksanakan pembangunan
nasional. Adapun langkah pertama yang
diambil adalah menciptakan stabilitas nasional
yang mantap, yang meliputi stabilitas politik dan
ekonomi. Agar tercapai stabilitas politik, maka
pada tanggal 22 Februari 1967 Presiden Sukarno
menyerahkan kekuasaan kepada Letnan
Jenderal Suharto. Kemudian berdasarkan
Ketetapan MPRS No.XXXIII/MPRS/1967 pada
tanggal 12 Maret 1967 Letnan Jenderal Suharto
diambil sumpahnya dan dilantik sebagai pejabat
Presiden Republik Indonesia.
Lebih lanjut dalam Sidang Umum V MPRS tahun 1968, pada tanggal 27 Maret 1968
Jenderal Suharto dilantik menjadi Presiden RI.
PEMBANGUNAN NASIONAL INDONESIA
PEMBANGUNAN NASIONAL INDONESIA
PEMBANGUNAN NASIONAL INDONESIA
PEMBANGUNAN NASIONAL INDONESIA
PEMBANGUNAN NASIONAL INDONESIA
DD
DD
D
Gambar 13.3
Gambar 13.3
Gambar 13.3
Gambar 13.3
Gambar 13.3 Pengambilan sumpah dan pelantikan
Jenderal Soeharto sebagai pejabat presiden RI
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka
IPS Terpadu SMP dan MTS Kelas IX
224224
224224
224
Untuk melaksanakan pembangunan, Presiden Suharto pada tanggal 6 Juni 1968
membentuk Kabinet Pembangunan menggantikan kabinet Ampera.
Sementara itu sebelum Kabinet Pembangunan terbentuk, presidium Kabinet Ampera
telah mengusahakan stabilitas ekonomi dengan menetapkan kebijaksanaan ekonomi dan
keuangan dengan sasaran:
1.
pengendalian inflasi
2.
pencukupan kebutuhan pangan dan sandang
3.
rahabilitasi prasarana ekonomi
4.
peningkatan kegiatan ekspor.
Sejak lahirnya Orde Baru yaitu antara tahun (1966-1968) pemerintah menyelesaikan
stabilitas dan rehabilitasi khususnya di bidang ekonomi. Pada tanggal 1 April 1969 dimulai
pelaksanaan Pembangunan Lima Tahun Pertama (Pelita I). Sejak itulah dimulainya
Pembangunan Nasional Berencana. Adapun hal-hal yang berhubungan dengan
pembangunan nasional adalah sebagai berikut.
1.1.
1.1.
1.
Arah Pembangunan Nasional
Arah Pembangunan Nasional
Arah Pembangunan Nasional
Arah Pembangunan Nasional
Arah Pembangunan Nasional
MPR telah menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dengan Tap MPR
No. IV/MPR/1973. GBHN ini setiap lima tahun ditinjau kembali atau diperbaharui,
disesuaikan dengan perkembangan kehidupan rakyat dan bangsa Indonesia. GBHN
ditetapkan untuk menentukan arah pembangunan nasional.
2.2.
2.2.
2.
TT
TT
T
ujuan Pujuan P
ujuan Pujuan P
ujuan P
embangunan Nasional
embangunan Nasional
embangunan Nasional
embangunan Nasional
embangunan Nasional
Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil makmur
dan merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara kesatuan
Republik Indonesia. Tujuan tersebut termaktub dalam GBHN tahun 1973.
3.3.
3.3.
3.
Landasan Pembangunan Nasional
Landasan Pembangunan Nasional
Landasan Pembangunan Nasional
Landasan Pembangunan Nasional
Landasan Pembangunan Nasional
Landasan pembangunan nasional adalah Pancasila dan UUD 1945. Landasan
pembangunan nasional juga terdapat dalam GBHN 1973
4.4.
4.4.
4.
Pelaksanaan Pembangunan Nasional
Pelaksanaan Pembangunan Nasional
Pelaksanaan Pembangunan Nasional
Pelaksanaan Pembangunan Nasional
Pelaksanaan Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional dilaksanakan secara bertahap. Setiap tahap pembangunan
berlangsung selama lima tahun dan disebut Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Pada setiap
tahap disusun rencana yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).
Pelaksanaan Pelita adalah sebagai berikut.
a.
Pelita I (1 April 1969 – 31 Maret 1974).
b.
Pelita II (1 April 1974 – 31 Maret 1979).
c.
Pelita III (1 April 1979 – 31 Maret 1984).
d.
Pelita IV (1 April 1984 – 31 Maret 1989).
e.
Pelita V (1 April 1989 – 31 Maret 1994).
f.
Pelita VI (1 April 1994 – 31 Maret 1999).
Pelita I sampai dengan Pelita V disebut Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama
(PJPT I). Selanjutnya mulai tanggal 1 April 1999 memasuki Pelita VI dan sekaligus memasuki
Pembangunan Jangka Panjang Tahap kedua (PJPT II).
Bab 13 Pemerintahan Orde Baru dan Terjadinya Reformasi
225225
225225
225
5.5.
5.5.
5.
TT
TT
T
ujuan dan Prioritas P
ujuan dan Prioritas P
ujuan dan Prioritas P
ujuan dan Prioritas P
ujuan dan Prioritas P
elitaelita
elitaelita
elita
Antara Pelita satu dengan Pelita lainnya mempunyai tujuan dan prioritas berbeda.
Adapun tujuan Pelita adalah sebagai berikut.
a.
Meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan seluruh rakyat.
b.
Meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya.
Prioritas pembangunan adalah bidang ekonomi, terutama pertanian. Rincian prioritas
dan sasaran yang hendak dicapai dalam setiap tahap Pelita adalah sebagai berikut.
a.
Pelita I
Menitikberatkan pada sektor pertanian dan industri yang mendukung sektor pertanian.
b.
Pelita II
Menitikberatkan pada sektor pertanian dengan meningkatkan industri yang mengolah
bahan mentah menjadi bahan baku.
c.
Pellita III
Menitikberatkan pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan
industri yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi.
d.
Pelita IV
Menitikberatkan pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha-usaha menuju
swasembada pangan dengan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-
mesin industri sendiri, baik industri berat maupun industri ringan yang akan terus
dikembangkan dalam repelita-repelita selanjutnya.
e.
Pelita V
Menitikberatkan pada:
1)
sektor pertanian untuk menetapkan swasembada pangan dan meningkatkan
produk-produk hasil pertanian.
2)
sektor industri khususnya industri yang menghasilkan untuk ekspor, industri yang
banyak menyerap tenaga kerja, industri pengolahan hasil pertanian, serta industri yang
dapat menghasilkan mesin-mesin industri, dalam rangka mewujudkan struktur ekonomi
yang seimbang antara industri dan pertanian baik dari segi nilai tambah maupun segi
penyerapan tenaga kerja.
f.
Pelita VI
Titik berat pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua diletakkan pada bidang ekonomi
yang merupakan penggerak utama pembangunan, seiring dengan kualitas sumber daya
manusia dan didorong secara saling memperkuat, saling terkait dan terpadu dengan
pembangunan bidang-bidang lainnya yang dilaksanakan seirama, selaras, dan serasi
dengan keberhasilan pembangunan bidang ekonomi dalam rangka mencapai tujuan
dan sasaran pembangunan nasional.
6.6.
6.6.
6.
TT
TT
T
rilogi Prilogi P
rilogi Prilogi P
rilogi P
embangunanembangunan
embangunanembangunan
embangunan
Pada pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama (PJPT I), setiap tahap Pelita
dititikberatkan pada
bidang pertanian
bidang pertanian
bidang pertanian
bidang pertanian
bidang pertanian, karena negara kita adalah negara agraris. Sebagian
besar rakyat Indonesia hidup dari pertanian. Pertanian terutama di daerah-daerah pedesaan.
Oleh karena itu, pembangunan daerah pedesaan diutamakan. Desa kita harus menjadi desa
modern, dengan demikian kita harus melaksanakan modernisasi di desa.
a.
Sarjana masuk desa guna membantu pelaksanaan pembangunan desa.
b.
TNI masuk desa guna membantu pelaksanaan pembangunan desa
c.
Koran masuk desa untuk meningkatkan pengetahuan penduduk daerah pedesaan.
d.
Listrik masuk desa untuk penerangan di daerah pedesaan.
IPS Terpadu SMP dan MTS Kelas IX
226226
226226
226
Pembangunan dilaksanakan secara menyeluruh baik di pedesaan maupun di perkotaan,
sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Hal ini
sesuai dengan Trilogi pembangunan yang merupakan landasan pelaksanaan setiap tahap
Pelita.
Isi Trilogi Pembangunan adalah sebagai berikut.
a.
Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, agar tercipta keadilan sosial bagi seluruh
rakyat.
b.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
c.
Kestabilan nasional yang sehat dan dinamis.
Demokrasi Pancasila tersirat dalam sila keempat Pancasila dan salah satu perwujudan
demokrasi tersebut adalah membentuk DPR dan MPR melalui pemilihan umum (Pemilu).
1.1.
1.1.
1.
TT
TT
T
ujuan Pujuan P
ujuan Pujuan P
ujuan P
emiluemilu
emiluemilu
emilu
Sebagai tindak lanjut dari tugas pokok Kabinet Pembangunan I adalah dilaksanakan
kedaulatan rakyat melalui pemilihan umum yang diselenggarakan lima tahun sekali.
Adapun tujuan umum pemilu di Indonesia adalah:
a.
melaksanakan kedaulatan rakyat
b.
melaksanakan hak-hak asasi warga negara
c.